my POV
Aku memang terlalu apatis. Terlalu egois untuk mengungkapkan
apa yang kurasakan. Terlalu menjunjung tinggi harga diri dan “gengsi”.
Aku tak ingin melepaskan itu dari genggamanku, tapi aku
belum bisa mengatakan itu adalah “milikku”.
Sandal memang selalu diciptakan berpasangan. Namun bila
salah satu dari sandal itu hilang, satu yang lainnya akan terbuang. Dicampakan,
terlupakan, dan pada akhirnya tertutup debu dan derai-derai penyesalan. Jika tidak
sepasang, maka tak bisa digunakan. Dan pasti pada akhirnya akan mencari
pengganti. Ya, mengganti dengan sepasang sandal yang lain.
Dari hal itu aku berpikir jauh ke depan, dan menemukan
jawaban : “Jangan pernah membuat sedih orang yang kamu sayangi, karena akan
lebih menyakitkan ketika melihat ada orang lain yang mengusap air matanya.”
Ketika aku mendengar kata-kata itu, seolah-olah aku telah
berlaku demikian. Ataukah aku hanya
merasa bersalah atas dosa yang tidak aku sebabkan? Entahlah.
Bersabar itulah yang aku coba lakukan. Membuat hatiku
bertahan dan mencoba membiasakan.
Biarkan waktu berjalan, maka takdir akan terlulirkan. 21
juni 2012, 22:29.
Sekali lagi, “Tuhan, ijinkan aku bahagia.”
Aku harap apa yang kurasakan bukanlah kesalahan, karena
orang-orang berkata demikian.
namun bila itu memang kesalahan, ada satu kebenaran dibalik kesalahan itu, yaitu bahwa apa yang aku rasakan adalah benar.
namun bila itu memang kesalahan, ada satu kebenaran dibalik kesalahan itu, yaitu bahwa apa yang aku rasakan adalah benar.
Komentar
Posting Komentar