COMPOSER ON VACATION #3



Sedikit cerita, ini mungkin adalah belasan kali aku datang ke solo, namun baru 2 kali ini aku ke sini untuk liburan sisanya tak lain hanyalah untuk datang ke RS. Kustati. (sambil elus-elus tangan kiri dan bilang “sayang akhirnya kita tiba di rumah kamu. Sudah 1 tahun kamu tak pulang. Pasti kamu rindu dengan keluarga besarmu?”
***

            Setelah puas di Lokananta kita mengunjung peraduan berikutnya. Monumen Pers. Tapi sebelumnya ada suatu tempat yang penting dan begitu mendesak untuk dikunjungi, dialah Rumah Makan hahahaha. Lanjutlah perjalanan kita ke Museum Pers. Kita kemudian sampai di sebuah bangunan abu-abu tua dengan arsitektur seperti sebuah candi, Borobudur tepatnya. Begitu turun dari bus, hujan rintik-rintik turun, kami disambut sepasang naga dengan mulut menganga dan sebuh kenthongan raksasa. Bahkan aku sempat berpikir sepertinya letusan Merapi sampai di kota ini setelah aku melihat ada sebuah batu raksasa tepat di dalam gedung ini. Ckckck, petugas kebersihannya mana ini. Masak batu segede itu ga keliatan sampe-sampe ga dibersihin.
Sudah, ga lucu ah.

Oke-oke… ini dia cerita tentang Monumen Pers
Monument pers terletak di jl. Gajah Mada no.59, Surakarta.
Aku suka banget di monument pers ini, soalnya di dalam monument ini banyak disimpan arsip-arsip surat kabar sejak jaman bahola, ada juga majalah dan alat-alat tua seperti mesin ketik, pemancar radio, kamera tua, dan mesin pemutar piringan hitam. Terus monument pers ini ternyata juga memiliki sebuah perpustakaan yang komplit, komplit dalam artian buku yang belum tentu ada diperpustakaan manamun bisa ditemui di perpustakaan ini dan yang penting perpusnya adem banget hehehe.

Terus berlanjut ke sebuah ruangan di depan perpustakaan, di ruangan ini ada beberapa computer yang berisi arsip-arsip digital dari berbagai surat kabar. Yang keren dari computer ini panelnya bisa disentuh, jadi ga ada keyboard sama mouse, kita tinggal cetik cetik ke layarnya. Kerenlah pokoknya.
Berlanjut ke ruang digitalisasi. Jadi di ruangan ini prosese digitalisasi surat kabar dan arsip-arsip dilakukan. Saat memasuki ruangan digitalisasi saat itu ada seorang mbak-mbak dan mas-mas sedang mendigitalisasikan surat kabar. Karena waktu itu aku  Cuma sendirian dan ga tau yang lain pada ke mana yaudah terpakasa harus bercakap-cakap sendirian dengan mereka. Hahaha…
Ternyata proses digitalisasinya ga main-main hlo.. kamera yang digunakan untuk digitalisasi saat itu Canon EOS 650D, terus harus pake sarung tangan karet dan pake masker, pencahayaannya pun ga boleh kurang, harus pake lampu neonbanyak banget. Salut deh buat digitalisatornya yang tanganya sampe item-item kena tone Koran.

Setelah itu lanjut ke monument utamanya, ini tempat awal kita ngumpul pas diputerin film 23 menit tentang monument pers. Nah diruangan ini terpampang beberapa diorama tentang sejarah pers di Indonesia. ada pula radio pemancara yang pernah digunakan untuk siaran paling jauh di Indonesia, yaitu dari Surakarta ke Belanda.
Terus yang ga kalah menarik ada pula 10 patung perintis pers di Indonesia, nah di sini nih temenku si Lintang anak B21 ngebet banget pingin foto sama pak Danudirdja  Setyabudi.


Monument pers ini memang menyimpan banyak cerita dan sejarah. Muali dari bangunan sampai apa yang ada di dalamnya. Kalau ingin tahu lebih banyak lagi tentang sejarah Monumen Pers bisa datang langsung ke Jl. Gajah Mada No. 59 Surakarta atau menghubungi (0271) 711494, 712734. Nanti kalau berkunjung ke sana pasti di kasih buku yang berisi tentang apapun di monument pers. Ditunggu ya jalan-jalannya ke monument pers J  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Beginning : One Ok Rock dan Larc-en-Ciel

Pesona Gunung Panggung