Devils Inside Me (Prolog)

Namanya Michele, seorang anak  9 tahun berparas tampan untuk bocah seusianya. Dia selalu mengenakan celana hitam katun panjang dan kaos cokelat lengan pendek. Rambutnya memang itam, namun begitu terkena pancaran cahaya matahari, rambutnya akan berubah menjadi coklat. Michele juga selalu mengenakan syal rajut berwarna putih di lehernya. Entah mengapa dia tidak pernah melepaskannya, bahkan saat cuaca terasa cukup panas bagiku. Kadang-kadang dia juga menggunakan jaket cokelat tebal, seperti  seseorang yang sedang menghadapi musim dingin ekstrim. Aku tidak pernah menanyakan kenapa dia berpakaian seperti itu, namun ketika kami berdekatan aku mulai tahu mengapa. Dia begitu dingin dan aku rasa dia memang kedinginan.  Michele tidak pernah beranjak dari tempatnya ketika aku berada di kamar, dia selalu ada di dekat pintu. Kadang tersenyum kecil atau kembali ke muka murungnya.

Aku menyebutnya gadis berponi.  Ya aku memang tidak tahu siapa namanya, terlebih dia juga tidak pernah berbicara sepatah katapun.  Rambutnya hitam, dan soal potongan rambutnya aku bisa mengatakan bahwa dia adalah Dora. Namun itu hanya rambutnya, jangan bayangkan wajahnya maupun pakaiannya, dia berbeda. Gadis berponi selalu mengenakan sepasang baju dan rok berwarna merah jambu, dengan bunga berwarna hijau di baju sebelah kiri bawah.  Gadis berponi memang tidak pernah berbicara, namun dia sangat suka tertawa bahwan ketika tertawa dia sangat cantik dan manis. Namun jangan kira, dia adalah gadis yang kuat. Gadis berponi sangat gemar berjalan-jalan sendirian,  bahkan aku juga kerap bertemu dia di luar kamarku. Seakan-akan dia  ada di tempat aku berada pula. Pernah suatu hari aku tidur dan dia sudah duduk disampingku dan hanya tertawa manis. Sungguh dia memang manis.


Mereka berdua adalah dua orang dari masa lalu yang telah lama pergi dan menghilang. Namun siapa sangka setelah 7 tahun, kini  mereka kembali masih dengan wajah yang sama, pakaian yang sama perasaan yang sama, dan dingin yang sama. Mereka kembali untuk menjemputku.
*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Beginning : One Ok Rock dan Larc-en-Ciel

Pesona Gunung Panggung