PERANG SUDUT PANDANG
“PERANG SUDUT
PANDANG”
KETIKA SURAT
KABAR BERMUNCULAN SEBAGAI ALAT PENYERANG DAN PENYEBARAN SUDUT PANDANG
Banyak informasi yang simpang siur
tentang surat kabar pertama di dunia. Apakah surat kabar pertama adalah surat
kabar yang dicetak dengan mesin cetak dari Gutenberg, atau suratkabar pertama
adalah surat kabar yang sudah dicetak di atas kertas dengan alat cetak
sederhana sebelum adanya penemuan Gutenberg seperti yang telah ada di China. Atau
justru surat kabar pertama jauh lebih tua dari keduanya seperti yang digunakan bangsa Romawi untuk
penyebaran kebijakan kepada rakyat yang disebut
Acta Diurna.
Ada hal yang jauh lebih penting
selain memperdebatkan apa surat kabar yang pertama, yaitu tentang bagaimana
surat kabar memainkan peran dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana surat kabar
digunakan oleh kelompok kepentingan untuk menyebarluaskan paham dan ideology,
bagaimana surat kabar berperan dalam mempengaruhi opini public dan tentang
bagaimana surat kabar menjadi agen legitimasi atas kebijakan sang penguasa. Pertanyaan-pertanyaan
tadi jika dikaitkan dengan masa sekarang ini dapat dirujuk dengan sebuah
pernyataan yaitu “independensi” media, khususnya surat kabar. Surat kabar telah
berhasil memainkan opini public dan
membentuk pemikiran masyarakat tentang suatu hal dengan sudut pandang yang
disampaikan. Dapat dikatakan bahwa saat ini telah memasuki era yang dinamakan
“perang sudut pandang”.
Surat kabar menjadi agen
penyebarluasan sudut pandang dan menimbulkan peperangan pemikiran di
masyarakat, terlebih ketika hal tersebut menyangkut issue politik. Sebenarnya
fenomena perang sudut pandang tidak terjadi baru-baru ini, melainkan sudah
beratus tahun yang lalu sejak adanya kemunculan Surat Kabar yang diawali dengan
penemuan mesin cetak oleh Johan Gutenberg tahun 1450 masehi. Sejak adanya surat
kabar, pemilik surat kabar telah memainkan pandangan public, dan saat itu pula
perang telah dimulai. Surat kabar menjadi perang sudut pandang antara koalisi
dan oposisi.
Perkembangan surat kabar yang pesat
terjadi di Inggris. Surat kabar sangat memainkan peran yang besar dalam
berbagai revolusi kekuasaan di Inggris dan negara-negara di Eropa pada abad ke-16.
Surat kabar memainkan peran dalam perang agama dan politik yang terjadi saat
itu khususnya antara Katolik dan Protestan. Bahkan dalam bukunya, Asa Briggs
dan Peret Burke (2006 : 104) menyebutkan “Perang
Agama di Prancis adalah perang media sebagaimana juga pertikaian dengan
menggunakan pedang dan senapan, di mana mengeluarkan pamphlet, membuat gambar,
menghancurkan gambar dan komunikasi lisan, semuanya itu menjadi penting”. Selain
itu surat kabar juga digunakan untuk melenggangkan dan memepertahankan
kekuasaan seperti yang dilakukanoleh Kardinal Richelieu dan Raja Louis XIII
yang kemudian mendirikan surat kabar resmi pada sekitar tahun 1630 yaitu Gazette.
Penggunaan surat kabar yang menarik
lagi adalah dalam proses peralihan Revolusi Puritan menuju Revolusi Agung. Pada pertengahan abad ke-17 surat kabar
memberikan peranannya kembali di mana saat itu kaum royalis dan kaum
parlementarian menyebarkan pandangan mereka masing-masing yang saling bertolak
belakang. Fronde, itulah saat itu yang terjadi, perang saudara di inggris dan
kemudian memberi pengaruh terhadap terjadinya Revolusi Inggris. Akibat perang
saudara itu, seorang penjual buku yaitu George Thomason mampu mengumpulkan
15.000 buah pamphlet dan 7.000 surat kabar dari kurun waktu tahun 1640
sampai1663. Pada masa itu, setipa golongan memiliki surat kabarnya sendiri,
kaum royalis memiliki Mercurius Aulicus dan
kaum parlementarian denga Mercurius
Britannicus. Kedua surat kabar ini tentunya memiliki cara pandang
tersendiri dalam menyampaikan berita, yaitu dengan sudut pandang menguntungkan
dirinya dan merugikan
lawannya.
Seperti yang terungakap dalam Brigs
dan Burke (2006 : 111), ada beberapa statemen yang menyatakan bahwa surat kabar
memang memiliki peran yang luar biasa dalam mempengaruhi masyarakat dan
pemerintahan pada kurun tahun 1600an, yaitu :
“Mercurius Aulicus telah merusak Parlemen lebih dari
pada apa yang dapat dilakukan 2.000
serdadu raja” –anonymous-
“Tidak ada sesuatu yang
lain yang lebih menyakitkan bagi mendiang raja itu lebih daripada peluru-peluru
kertas dari pers” –anonymous 1682-
“Belum pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah Inggris kepustakaan yang ditulis dan dicetak memainkan
peranan yang demikian menonjolnya dalam masalah-masalah public, dan belum
pernah terjadi sebelumnya hal itu dirasakan oleh para pakar kontemporer akan
menjadi demikian pentingnya”.-Nigel Smith-
Pada tahun 1678, terjadi sebuah
peristiwa yang dikenal dengan nama “persengkongkolan Paus” yang memiliki tujuan
membunuh Charles II agar James, Duke of York yang beragama katholik dapat
menjadi raja. Infromasi tersebut dibocorkan oleh Titus Oates kepada Hakim Sir
Edmund Godfrey. Namun sayang Godfrey beberapa hari kemudian tewas terbunuh, dan
Oates tak mampu membuktikan persekongkolan paus itu.
Sebagai media
yang resmi, London Gazette tidak memberitakan peristiwa tersebut, karena tentu
saja gazette adalah milik pemerintahan yang berkuasa saat itu. Akibatnya ketika
tidak ada informasi yang memadai, maka desas-desus berkembang di kalangan
masyarakat dan menimbulkan kecurigaan. Isu-isu bermunculan sebagai dampak dari
keterbatasan dan dipotongnya mata rantai komunikasi. Namun ternyata
persekongkolan paus itu terbukti mengada-ada, namun kepalsuan itu tetap digunakan oleh kelompok yang membenci
orang-orang Katholik sebagai serangan
kepada golongan Katholik , yaitu oleh
partai Whig. Issu inilah yang saat itu
di Inggris merupakan isu politik yang
kerap terjadi, yaitu permusuhan antara Whig dengan Tories.
James Duke of York akhirnya berkuasa
menjadi raja, namun setelah tiga tahun James disingkirkan dari Inggris oleh
adik iparnya, William of Orange istri dari Marry yang seorang Protestan. Dan secara otomatis
partai Whig mendukung William. Untuk menyebarluaskan berita ini, tentu saja
surat kabar, pamphlet dan selebaran kembali digunakan. The London Gazette
kembali mengalami perubahan sudut pandangnya. Tidak berhenti sampai di situ, ketika
ada kaum yang memerintah tentu diluar sana ada kaum oposisi, dan mereka yang
tidak suka dengan partai Whig maka akan menyebarkan pandangan-pandangannya, dan
surat kabar digunakan saat itu.
Mulai muncul gerakan-gerakan
perlawanan di masyarakat, yaitu dengan mendirikan surat kabar tidak resmi untuk
melawan yaitu The Post Man, The Apost
Boy, The Flying Post dan The Protestant Mercury yang terbit lebih sering dari
the London Gazette. Akibatnya, melalui surat kabar inilah masyarakat menjadi
akrab dengan isu politik dan menjadikan politik sebagai keseharian. Seperti
itulah yang terjadi, ada koalisi dan ada oposisi. Keduanya saling menyerang
dengan surat kabar, dan pola itu terus berputar
dan berulang. Karena sejarah mengulang dirinya kembali.
Revolusi Prancis dan Amerika
Pada tahun 1789 di perancis terdapat
ledakan kemunculan surat kabar, dalam kurun waktu enam bulan setidaknya lebih
dari 250 buah surat kabar baru bermunculan dengan berbagai segmentasi sasaran.
Hal ini terjadi setelah Raja Louis XIV dan Marie Antoinette menerima hukumannya
oleh rakyat karena kekejamannya dan pengekanngannya terhadap segala pemberitaan
yang memberi serangan kepada pemerintahannya.
Lengsernya Louis XIV juga dipengaruhi surat kabar yang illegal saat itu.
Surat kabar tersebut secara diam-diam memberitakan tentang keburukan raja dan
ajakan untuk bersatu melakukan revolusi. Langkah tersebut berhasil, rakyat
bersatu melengserkan Louis XIV dan istrinya, penjara Bastille runtuh, dan
rakyat prancis mendapatkan kebabasannya. Bebas dari kekangan sang raja untuk berbicara, mendapatkan informasi dan
mendapatkan hak-hak yang selama ini telah direnggut atas nama kekuasaan
raja.
Surat kabar memainkan peran penting
di dalam Revolusi Amerika 1776. Amerika yang sebelumnya sibuk dengan urusan
perang saudara, tiba-tiba bersatu padu setelah kedatangan Inggris di tanah
mereka. Surat kabar digunakan sebagai media pemersatu solidaritas rakyat
Amerika melawan penjajah Inggris yaitu dengan memberitakan tentang kekejaman
Inggris di Amerika. Pemberitaan secara
terus menerus dan dalam jangka panjang ini mampu mengubah pandangan masyarakat
Amerika untuk berhenti mengurusi perang saudara dan mulai bersatu melawan
Inggris. Amerika akhirnya berhasil
mengalahkan Inggris dan Deklarasi Kemerdekaan Amerika segera tersebar luas
dengan pamphlet-pamflet dan tentu saja surat kabar. Briggs dan Burke
menjelaskan bahwa pada tahun 1755 telah muncul 42 surat kabar di koloni-koloni
Amerika yang menyebarkan tentang berita revolusi dan kemerdekaan itu, seperti
the New York Journal, the Philadhelpia Evening Post dan the Massachusetts Spy. Thomas Paine, seorang Prancis di Amerika
menyatakan bahwa “Tanpa surat kabar, Revolusi Amerika tidak akan pernah
berhasil”. (Briggs dan Burke, 2006 : 119).
Sangat jelas terlihat bagaimana
surat kabar memainkan perannya dalam revolusi-revolusi. Surat kabar menjadi
pemersatu tujuan, dan alat propaganda penentangan. Melalui surat kabar itulah
rakyat diarahkan kepada sebuah tujuan bersama yaitu kebebasan. Ketika rakyat
semakin dikekang, maka akan muncul pemberontkan yang jauh lebih besar. Dan
pemberontakan tersebut ada karena media.
Melihat sejarah tadi, tentu tidak
akan lagi heran dengan apa yang terjadi saat ini. Karena ternyata pola yang ada
di media khususnya surat kabar seperti sekarang, sudah terjadi sejak ratusan
tahun lalu bahkan ketika surat kabar pertama kali ada. Di masa sekarang ini
pola yang terlihat justru lebih terang-terangan menunjukkan keberpihakan dan
campur tangan pemilik dalam pemberitaan. Independensi surat kabar dan media
lainnya dipertanyakan, apakah mereka masih netral atau justru telah merapat
pada suatu barisan. Surat kabar menjadi media saling adu kekuatan, dan
memberi pengaruh yang besar dalam
masyarakat. Surat kabar memang merupakan salah satu media yang merakyat dan
merupakan salah satu media massa yang tertua kemunculannya. Jadi sudah pasti bahwa surat kabar akan tetap
hidup meski memiliki banyak saingat di era digital ini.
REFERNSI
Briggs, Asa.
Peter Burke. 2006. Sejarah Sosial Media :
dari Gutenberg sampai Internet. Jakarta : yayasan OBOR
GAMBAR 1.1
GAMBAR 1.2
GAMBAR 1.3
Komentar
Posting Komentar